Kerangka Berfikir
Ilmiyah
Pada dasarnya Setiap manusia diberikan akal untuk berpikir.
Akal adalah komponen yang paling penting dalam menilai sesuatu. Sekalipun dalam
proses berpikir akal pun masih bisa salah, yang berarti akal tidak mutlak.
Berpikir adalah gerak akal yang berarti bahwa berpikir adalah sebuah proses. Di
dalam sebuah proses, sering terjadi kesalahan ketika proses tersebut tidak
berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada. Demikian pun dengan berpikir harus
menaati aturan-aturan pemikiran yang sesuatu ketentuan agar tidak terjadi
kecelakaan berpikir. Untuk menghindari kecelakaan berpikir tersebut, maka sudah
semestinya manusia harus memiliki kerangka berpikir ilmiah.
Kerangka
berpikir ilmiah selalu dikaitkan dengan logika dan filsafat karena tiga
komponen ini masih saling berhubungan. Kerangka berpikir ilmiah (epistemologi)
merupakan salah satu cabang dari filsafat ilmu, setelah ontologi dan aksiologi,
yang secara khusus mengkaji dan mempelajari tentang hakikat ilmu itu sendiri
(teori dan tekniknya) dengan pengetahuan ilmiah.
Kerangka
adalah sesuatu yang menyusun yang lain sehingga yang lain dapat berdiri. Sedangkan, Berfikir adalah proses
kerja otak atau proses untuk memperoleh pengetahuan, dari sebuah pengetahuan
dasar kepada sesuatu yang tidak kita ketahui (Majhul) yang kemudian
menghasilkan pengetahuan baru. Adapun ilmiah adalah sesuatu hal
atau pernyataan yang bersifat keilmuan yang sesuai dengan kenyataan yang ada.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kerangka berpikir ilmiah membahas secara
mendalam mengenai proses untuk memperoleh pengetahuan yang sesuai dengan
kebenarannya. Mengapa sesuai kebenarannya? Sebab, manusia memiliki kemampuan
berfikir yang akhirnya menyebabkan rasa ingin tahunya selalu berkembang. Dengan
kemampuan berfikir itulah sehingga manusia selalu menggabungkan pengetahuannya
yang terdahulu hingga menghasilkan pengetahuan yang baru yang bersumber pada
kebenaran melalui kajian-kajian ilmu pengetahuan. Dan seiring dengan perkembangan
pola pikir manusia yang haus akan rasa ingin tahu melalui kajian ilmu
pengetahuan tersebut yang pada akhirnya melahirkan pengetahuan yang ilmiah.
Pengetahuan yang ilmiah selalu membutuhkan alasan dan penjelasan secara
sistematis untuk memberikan suatu penegasan atau keyakinan. Dan golongan
terpelajar yang wajib memiliki kerangka berpikir ilmiah adalah mahasiswa.
Mahasiswa
adalah masyarakat ilmiyah yang harus menyelesaikan problematika yang terjadi
dari sebuah realitas sosial. Maka ia memiliki
tugas dan tanggung jawab sosial yang begitu besar untuk masyarakat. Mahasiswa
adalah golongan terpelajar yang pemikiran dan pengetahuannya sudah dianggap
lebih maju dari kalangan sekolah menengah. Pengetahuannya itu berbanding lurus
dengan tanggung jawab sosial. Oleh karena itu, mahasiswa dituntut untuk selalu
bersikap kritis dan berpikir secara ilmiah untuk mengemban tugas dan tanggung
jawabnya terhadap masyarakat. Berpikir kritis berarti tidak serta merta menelan
apa yang diterima, berpikir secara sistematis, berpikir di luar kotak dan
berpikir untuk berbeda.
Banyak cara
yang dapat dilakukan untuk menjadikan diri mahasiswa sebagai seorang yang
kritis dan berpikir secara ilmiah. Dua pekerjaan utama yang seharusnya
dilakukan oleh mahasiswa selama gelar sebagai agent of change melekat pada
dirinya, yaitu membaca dan berdiskusi. Dua hal inilah yang mampu menciptakan
karakter ideologis pada mahasiswa. Dengan kekuatan intelektual di atas
rata-rata masyarakat awam, mahasiswa memiliki kemudahan untuk mengakses berbagai
informasi wacana dan peristiwa dalam lingkup lokal hingga internasional. Begitu
juga dengan kemudahan akses literatur ilmiah dan gerakan-gerakan pemikiran,
yang pada tujuan akhirnya akan menentukan ideologi atau sistem hidup yang akan
dijalaninya. Buku yang ia baca, informasi yang ia terima, tokoh-tokoh yang ia
ajak bicara, adalah beberapa faktor utama yang kelak sangat berpengaruh
terhadap idealisme hidupnya. Karakter seperti itu yang harus selalu diasah agar
mahasiswa mampu menjadi ancaman bagi pemerintah yang dzolim dan menindas. Agar
mahasiswa tahu dimana harus berpihak. Dan, agar mahasiswa mengenali siapa kawan
dan lawan dalam permasalah negeri ini. Karakter seperti inilah yang dibutuhkan
oleh negeri ini agar mampu mengontrol jalannya pemerintahan. Jiwa kritis itu
diasah dan terus dijaga dengan melakukan pembiasaan. Membiasakan diri untuk
bersikap berbeda dan berpikir ilmiah serta bergaul dengan teman yang mampu
mendukung sikap kritis sebagai mahasiswa, karena teman adalah kekuatan.
Sehingga,
dapat disimpulkan bahwa mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat memiliki
tanggung jawab sosial yang tinggi berbanding lurus dengan pengetahuan yang ia
miliki. Mahasiswa harus mampu memiliki kerangka berpikir ilmiah dalam
menganalisis setiap persoalan serta tidak terjebak pada kesalahan berpikir.
Billahi Fi Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat
Billahi Fi Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar